Rabu, 13 Agustus 2014

Pahit Getir Pucat Pasi


Pahit Getir Pucat Pasi
(LBA)

Hari itu mawar merah menjadi merah darah
Putih melati menjadi pisau belati
Awan suci menjadi badai tanpa henti
Disisi alam semu itu aku terkunci
Sukma ku lumpuh tak berlaku lagi
Jiwa ini lemah tuk menata hati
Menyeka mata hati yang nyaris mati
Mengusap pelan luka di sanubari yang tak terpungkiri
Menadahi getahnya dengan sendi jemari
Peluh ini jua menggerus keji kulit dingin ini
Mengalir deras bak niagara di belahan bumi
Tubuh ini terpontang-panting oleh memori
Laku batil ku lampau  hari
Bukan indah permai yang kutuai
Bukan pula tentram damai
Pahit getir pucat pasi
Semuanya kembali, disini
Di singga sana hati yang kehilangan arti
Yang remuk tak berbentuk oleh laku diri
Dan pecah dihantam arti rasa ku sendiri

Ya Tuhan, hanya pada Mu aku kembali mengadu
Temani daku dalam sujud malam ku
Tenangkan lah daku di setiap langkah ku
Hamba mu ini tak tau diri
Kian menyangkal ketentuan Mu disini
Kian terluka oleh gejolak keji ku sendiri

Ya Tuhan, apa yang bisa diperbuat oleh hamba?
Haruskah ku bingkai lautan dengan ribuan permata?
Haruskah ku kejar gulungan ombak di samudera?
Haruskah ku tuai pelangi di awan sana?
Agar aku mampu menghapus dengki di dalam dada
Agar aku mampu bersyukur sebagai hamba
Dan mampu bergelut dengan canda tawa
Seperti sedia kala








Tidak ada komentar:

Posting Komentar