Rabu, 13 Agustus 2014

Insan Berdasi


Insan Berdasi
(LBA)

Hitam mengkilat menghias kaki
Jas hitam legam sempurna menutupi
Baju putih bersih berhias dasi
Kepala botak tersisir rapi
Alis tebal menantang dahi

Puluhan mereka bersiap dipagi hari
Melangkahkan kaki menuju kursi
Yang kan diduduki lima tahun nanti
Senyumnya diumbar ke arah mentari
Berlagak pasti bagai pemimpin sejati
Maunya hanya berseru bertubi-tubi
Sembari melihat gambar di ponsel pribadi
Kadang hanya pulas sehari
Melupakan mimpi negara yang mestinya ditangani

Mereka berkata mencintai bangsa ini
Mereka bersorak memajukan negara ini
Mereka  berjanji mensejahterakan rakyat kami
Mereka bertutur sumpah setia pada NKRI

Semuanya hanyalah bualan basi
Siapa bilang mereka cinta negara ini?
Mereka berjuang untuk diri mereka sendiri
Siapa bilang mereka cinta tanah ini?
mereka hanya numpang hidup dan mati

Mereka tak lebih dari seorang banci
Mengabaikan kodrat hanya untuk sesuap nasi
Mereka selayak kumbang kepada melati
Mengingkari dan mencampakkannya hingga mati
Mereka hanya insan berdasi
Yang tak tau diri dan melalaikan  tugas inti

Kami benci




Salam kawula muda

Pahit Getir Pucat Pasi


Pahit Getir Pucat Pasi
(LBA)

Hari itu mawar merah menjadi merah darah
Putih melati menjadi pisau belati
Awan suci menjadi badai tanpa henti
Disisi alam semu itu aku terkunci
Sukma ku lumpuh tak berlaku lagi
Jiwa ini lemah tuk menata hati
Menyeka mata hati yang nyaris mati
Mengusap pelan luka di sanubari yang tak terpungkiri
Menadahi getahnya dengan sendi jemari
Peluh ini jua menggerus keji kulit dingin ini
Mengalir deras bak niagara di belahan bumi
Tubuh ini terpontang-panting oleh memori
Laku batil ku lampau  hari
Bukan indah permai yang kutuai
Bukan pula tentram damai
Pahit getir pucat pasi
Semuanya kembali, disini
Di singga sana hati yang kehilangan arti
Yang remuk tak berbentuk oleh laku diri
Dan pecah dihantam arti rasa ku sendiri

Ya Tuhan, hanya pada Mu aku kembali mengadu
Temani daku dalam sujud malam ku
Tenangkan lah daku di setiap langkah ku
Hamba mu ini tak tau diri
Kian menyangkal ketentuan Mu disini
Kian terluka oleh gejolak keji ku sendiri

Ya Tuhan, apa yang bisa diperbuat oleh hamba?
Haruskah ku bingkai lautan dengan ribuan permata?
Haruskah ku kejar gulungan ombak di samudera?
Haruskah ku tuai pelangi di awan sana?
Agar aku mampu menghapus dengki di dalam dada
Agar aku mampu bersyukur sebagai hamba
Dan mampu bergelut dengan canda tawa
Seperti sedia kala








Terlalu Dini Bagi Ku


Terlalu Dini Bagi ku
(LBA)

Malam ini rembulan bertahta sempurna
Gelap malam seakan sirna entah kemana
Berganti dengan indahnya bulan yang bercahaya
Malam ini sungguh indah alam semesta
Tapi,
Keindahan malam ini tidak diperuntukan bagi ku
Setiap titik cahayanya  tampak beku dan kaku
Seakan menghentak rasa hingga laku
Menundukkan ku bagaisinga tanpa kuku

Malam ku sirna oleh laku ku sendiri
Aku mengutarakan hati ini terlalu dini
Yang  tak peduli apa yang kan terjadi setelah ini
Tapi tak setitik pun hembus ini yang kusesali

Jiwa ini hanya ingin menyingkir dari ketipisan nyali
Yang mestinya berkata jujur sebagai seorang lelaki
Inilah cara dan langkah  ku bermain hati
Yang hanya ingin tutur terang ku dihargai







Senin, 11 Agustus 2014

Sedia Kala


Sedia Kala

Daun gugur menyebar mengangkasa
Terlepas daun dari ranting kakunya
Mengudara mengitari cakrawala
Dan jatuh lembut di tanah manusia

Jelaslah sudah lamunan itu
Hati manusia yang melebur seperti debu
Menyebar dan beterbangan tak menentu
Mencari makna hati yang kian tabu

Sesal itu kian menyungging penat hatinya
Resah itu kini hinggap lama di benaknya
Dan senyumnya kini mangkir dari rona muka
Hingga raga tampak cela dan fana

Sedia kala masih indah merayu
Tak setitik pun tawa punah dan layu
Tak sepenggal waktu pun tak rindu
Dari raga fana yang besinar itu

Manusia lemah itu inginkan hadirnya
Gambaran masa lalu yang sejukkan dunia
Yang menyuluti doa dan semangatnya
Untuk mimpi yang mesti diraihnya


 #LBA

Minggu, 10 Agustus 2014

terbenamlah


tak usah terbit jika engkau hanya ingkar
tak usah engkau bersinar bila dengan hitam pekat kau ingin mengakhirinya. 
terbenamlah ditepian waktu mu, 
tak perlu bergegas menyapaku dengan lembut palsu sinar harapan mu. 

aku tak mau, aku tak kan menerimamu

#LBA